Minggu, 13 September 2020

MENAKAR PILIHAN RASIONAL Babak Baru KKST Provinsi Papua

MENAKAR PILIHAN RASIONAL 

Babak Baru KKST Provinsi Papua

Oleh : La Mochtar Unu,S.Sos.M.Si.


Teori pilihan rasional (rasional choise theory) adalah ketika seseorang dihadapkan dengan beberapa pilihan jenis tindakan, biasanya melakukan atau memilih apa yang mereka yakini dan berkemungkinan mempunyai hasil yang terbaik. Peran teori pilihan rasional dalam ilmu politik, salah satunya untuk menjelaskan perilaku pemilih terhadap tokoh atau partai tertentu dalam pemilu. Teori pilihan rasional tepat untuk menjelaskan varian perilaku pemilih pada suatu kelompok yang secara psiokologi memiliki persamaan karakteristik.

 

Pergeseran pelihan dari satu MUSWIL KKST Provinsi Papua ke MUSWIL KKST Provinsi Papua yang lain dari orang yang sama dan status social yang sama tidak dapat dijelaskan melalui pendekatan sosiologi maupun psiokologi sedangkan dalam pendekatan rasional yang manghasilkan pilihan rasional pula terdapat factor-faktor situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang misalnya : Faktor isu-isu politik ataupun kandidat yang dicalonkan. Dengan demikian muncul asumsi, bahwa pemilih mempunyai kemampuan untuk menilai isu-isu politik tersebut. Dengan kata lain, pemilih dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional.

 

Teori pilihan rasional mengasumsikan, actor social menentukan pilihan tindakan atau keputusan berdasarkan kepercayaan dan tujuan mereka. Teori ini dimaksudkan untuk dapat menerangkan sejumlah penyelesaian masalah social sebagai efek keseluruhan dari pilihan tersebut.

Ada dua unsur dalam teori pilihan rasional, yakni : actor dan sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian yang dapat di control oleh actor. Colemen mengakui dalam kehidupan nyata orang tak selalu berperilaku rasional. Namun Colemen merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap eksistensi teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya  dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara menggabungkan tindakan individu dengan perilaku sosial.

 

Friedman dalam teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada actor. Aktor di pandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan capaian. Teori ini memperhatikan dua tindakan actor, yaitu : pertama, keterbatasan sumber daya. Aktor mempunyai sumber yang berbeda maupun akses yang berbeda terhadap sumber daya yang lain. Aktor dapat memilih untuk tidak mengejar tujuan paling bernilai jika sumber daya yang dimilikinya dan diperhitungkan tidak dapat mencapai hal tersebut, yang membuat kesepakatan untuk mencapai tujuan itu begitu tipis, dan justru membahayakan peluang untuk mencapai tujuan lain yang lebih bernilai. Aktor dipandang selalu memaksimalkan keuntungan mereka, kedua lembaga sosial. Hambatan kelembagaan menyediakan baik sanksi positif maupun sanksi negatif yang membantu mendorong actor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan yang lain.     

 

Bersandar pada landasan teori tersebut diatas dengan asumsi pada MUSWIL KKST Provinsi yang ke-III tahun 2020 pemilih dalam hal ini kelompok-kelompok keterwakilan baik di organisasi Induk KKST ; KKST Kota/Kabupaten Se-Papua, Organisasi Pilar dan Otonom mendasarkan pilihannya pada pilihan yang rasional atau yang emosional.

Pilihan yang rasional merupakan bentuk sikap pilihan yang di dasarkan pada pertimbangan akal dalam memilih bukan perasahan, Pertimbangan akal atau rasio didasarkan atas kenyataan impiris atas sejumlah pertimbangan dari bakal calon yang akan di pilih dengan melihat sejumlah kreteria yakni 1).Rekam jejak   2).Emosional   3).Kualitas SDM    4).Merakyat     5).Responsif  dll  sedangkan Pilihan Emosional bentuk pilihan yang bersandar pada ikatan primodial atau kesamaan daerah, kesamaan profesi.

 

Dari komposisi pengusung Bakal Calon Ketua Umum KKST Provinsi Papua, sebagai berikut :

No Urut 1 Dr. H.Duta Mustajab,S.Sos.SE.MM.M.Si.           Pengusung Kendari Kolaka

No Urut 2 Dr. Hariman, MT.                          Pengusung KKST Provinsi dan KSKM

No Urut 3 Laode Mohitu                                Pengusung HIPPMA SULTRA Provinsi Papua

No. Urut 4 Hj. Sadariah Sucipta                     Pengusung IWST Provinsi Papua

No Urut 5 AKP Haris Lambalo                      Pengusung Wakatobi 

 

Dari 5 Bakal Calon tersebut diatas organisasi pengusung di Dominasi belatar belakang daerah masing-masing atau Organisasi yang di pimpin misalnya HIPPMA merekomendasi Ketua Umumnya. Ada salah satu Bakal Calon Ketua Umum KKST Provinsi Papua yang mendapat Rekomendasi bukan saja dari organisasi berlatar belakang daerahnya tetapi juga mendapat restu dari organisasi Induk KKST Provinsi Papua, Yakni Nomor Urut 2 Dr.Hariman, MT.

 

Melihat pilihan organisasi pengusung Bakal Calon Ketua Umum KKST Provinsi Papua anda sendiri dapat menilai dari uraian teori pilihan rasional diatas.

 

 

Semoga Rumah Besar Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) Provinsi Papua dapat dipilih oleh pemimpin yang tepat dan membawah kejayaan bagi kita serta menjadi rahmat begi semua

 

Amiiiii…………………….. 

 

 Abepantai, 14 September 2020.

Minggu, 18 Februari 2018

RASKIN DAN GIZI BURUK DI ASMAT PROVINSI PAPUA



RASKIN DAN GIZI BURUK DI ASMAT PROVINSI PAPUA
OLEH
  LA MOCHTAR UNU, S.Sos.M.Si.

ABSTRAK
Pertanian  masyarakat di Papua “Pertanian Bapak” dan “Makanan Mama” Pola ini berlangsung secara turun-temurun tetapi dengan perubahan tatanan kehidupan sosial,  budaya komsumsi RASKIN, Industri Makanan Siap Saji (Fast Food), membuat ketergantungan masyarakat,  rendah etos kerja, Kurang Inovatif  dan mengikisnya  kearifan lokal di Papua.

Key : Raskin, Pertanian Bapak, Makanan Mama, Gizi Buruk.

Semenjak Otonomi Khusus (OTSUS) Papua bergulir tahun 2001 berbagai Wilayah Tanah Papua terutama di Kawasan pegunungan tinggi diindikasikan rawan pangan, Januari 2018, hangat diberitakan di media massa internasional, nasional kasus gizi buruk. Wabah campak dan gizi buruk yang menimbulkan korban jiwa, khususnya balita, kembali terjadi di wilayah pedalaman Papua. Setelah di Kabupaten Asmat yang memunculkan status kejadian luar biasa (KLB) menelan korban 71 Korban Jiwa anak-anak (Kemenkes, 2018),  kini dua penyakit tersebut juga terjadi di Kabupaten Pegunu  ngan Bintang (Pegubin) Papua. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua hingga saat ini korban meninggal dunia mencapai 27 orang, terdiri dari 4 dewasa dan 23 balita. Penyebabnya diduga wabah penyakit campak dan kekurangan gizi, serta terjadi di Kampung Pedam, Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Provinsi Papua telah menelan korban jiwa. Berbagai komentar dan tanggapan bermunculan namun belum ditemukan akar masalah apalagi solusi yang lengkap. Pada hal bencana yang sama di pernah terjadi di Yahukimo sudah terjadi pada tahun 2005 dan 2006. Beberapa upaya sudah dilakukan diantaranya dengan pemberian bibit ubi jalar varietas unggul oleh pemerintah.  
Mengapa bencana terulang kembali Provinsi Papua ?
Penyebab Kurang  Gizi  Asmat mulai terungkap Masalah kekurang gizi buruk di Distrik Agats, Papua masih berlanjut. Guru besar Ilmu Gizi Universitas Hasahuddin Masakar, Nurpudji Taslim, membeberkan sejumlah masalah penyebab kekurangan gizi di distrik Agats

Masalah utama kurang gizi karena masyarakat asli sudah tidak memproduksi sagu. Karena ada pembagian beras raskin yang mereka  tunggu dan dapat setiap bulan,’ kata Nurpudji melalui keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Sabtu 10 Februari 2018, memang faktor determinan m  empengaruhi kasus gizi buruk di asmat ada beberapa indikator; a).Sarana dan Prasana kesehatan, b.daerah georafis yang sulit c.Sanitasi yang tidak sehat, d).kurangnya pengetahuan tentang gizi sehat dan berimbang, namun dari pernyataan Nurpudji kalau dibuat dalam rengking masalah, masalah-masalah yang lain bukanlah masalah yang dominan alias bukan menempati posisi utama.

Masalah yang menempati posisi pertama terletak ketergantungan masyarakat akan di RASKIN, masyarakat  sudah dibuat ketergantungan, teori ketergantungan bukan teori kemandiri semangat etos kerja oleh David Mclilen sedikit demi sedikit sudah mulai hilang, mereka beranggapan sudah ada jatah beras tiap bulan (RASKIN). Fenomena Raskin ini bukan saja di Asmat diberbagai daerah terlihat mentalitas kerja masyarakat itu sudah kurang misalnya di Wamena dulu sebelum Raskin masuk kekampung-kampung Wamena sebagai salah satu lumbung sayur mayur seperti : sayur kol, vortel yang besar-besar, dalam jumlah yang banyak  dan segar-segar merupakan memasok bagi kebutuhan sayur PT.Freport setelah ada OTSUS, RASKIN, di tambah lagi dana Kampung masyarakat sudah mulai malas kerja kerena beranggapan untuk apa kerja kita sudah punya uang dan beras yang di dapat tiap bulan, Pertanyaan :
       1.      Kalau bantuan itu tepat sasaran?
       2.      Kalau bantuan itu tepat waktu?    
       3.      Kalau bantuan itu distribusi merata?
       4.      Kalau bantuan itu………..?   
Bisa jadi keterlambatan menyaluran RASKIN berefek buruk bagi masyarakat,  bayangkan kita terlambat makan 3-4 Jam saja bisa panas dingin, gemetar tubuh kita, bagaimana kalau orang tidak makan berhari-hari bahkan berbulan-bulan karena tunggu RASKIN tetergantungan dengan Raskin tidak mau lagi memproduksi Sagu dan cari ikan dana  u/laut/rawah.

Pola pikir diatas menurut saya harus di luruskan pemerintah segera melakukan MONEV terkait dengan bantuan-bantuan yang diberikan, saya rasa dulu tidak ada Raskin masyarakat bisa hidup .….., bukankah tuhan yang maha kasih sudah menciptakan manusia dengan krateristik sesuai dengan pola-pola hidupnya dan sediakan Sumber Daya Alam (SDA) di Asmat dengan ikan yang berlimbah dan pohon sagu, pegunungan dengan tanahnya yang subur serta kali-kali yang menyediakan ikan, ini merupakan lumbung lokal.

Masyarakat dipedalaman - pedalaman  Papua bisa bertahan hidup melalui cara bertani yang unik atau sering disebut kearifan lokal (local wisdom). Pengetahuan dan teknologi yang diturunkan oleh nenek moyang tersebut sangat diyakini “menyuburkan” kebun mereka.
  Ada tiga kearifan lokal pertanian yang ditemukan di masyarakat  pegunungan Papua sebagai instrument ketahanan pangan yakni :
Permata          : Teknologi penentuan musim tanam.
Kedua             : Pola tanam campuran (multicop) dalam satu hamparan lahan. Masing-masing
  komoditi ditanam secara berurutan dengan umur tanam hingga panen.
Kearifan ketiga : Pola penen tumbuh, yaitu memanen ubi jalar/petatas/hipere sesuai dengan
kebutuhan hari itu dan ditumbuhkan kembali umbi/akar bekas panen. Ubi jalar bagi masyarakat Papua merupakan bahan makanan pokok selain sagu.Memanen dengan cara menggali umbi dari tanah memerlukan keahliahan tertentu sehingga bisa berproduksi sampai dua tahun bahkan tiga tahun.

Gagalnya masyarakat Papua khsususnya masyarakat pegunungan mengadopsi teknologi anjuran bukan disebabkan mereka konservatif, tetapi lebih dkarenakan rancang-bangun teknologi anjuran yang bersifat top-down – sistem komando dari atas kurang memperhatikan partisipasi masyarakat, sehingga tidak sesuai dengan kondisi sosio-ekonomi dan ekologi masyarakat Papua. Dampak yang sedang dirasakan, “pertanian bapak”dan makanan “mama” yang diturunkan oleh nenek moyang mereka tergantikan oleh makanan siap saji (fast food) seperti mie instan yang sudah tersimpan di para-para dapur ibu-ibu di pelosok kampung. 

Gangguan Raskin, petani Papua tidak mengenal kegiatan pascapanen terhadap produksi pertaniannya. Mereka penen hanya sesuai kebutuhan untuk makan, sisanya dijual, makanan ternak, dan untuk bibit, mereka menjual produk pertanian bila ada pemesan dan sangat membutuhkan uang.
Namun sekarang generasi muda atau kaum terpelajar yang tinggal di kota lebih senang makan nasi dari beras, Setiap keluarga biasa menyiapkan beras dan ubi untuk persediaan pesta.  Makanan siap saji (fast food) seperti seperti dalam skala kecil supermi dll, dalam skala besar McDonaldisasi, Burger, Kopi McCafe dll. Waralaba restoran global ini sudah ada dimana-mana. Sudah ada satu dekat denganmu, dan sekarang ada satu lagi yang sedang dibangun bahkan lebih dekat. Sebentar lagi, jika Mcdonald meluas dengan cepat seperti sekarang ini, maka dia akan masuk dirumah anda dengan perkembangan IPTEK  tinggal kelik Online Pesan langsung diantar  kerumah-rumah. Bergesernya pola konsumsi dari alamiah menjadi modern mempengaruhi gaya hidup, lihat saja di Kota Jayapura sudah menjamur Waralaba kuliner alah globalisasi. Pertemuan semi rapat sampai dengan rapat formal, seminar, konfensi, kongres dll jarang kita temukan makan-makanan khas Papua yang disajikan, adapun kalau disajikan banyak yang memilih makanan modern ketimbang makanan alamiah alias tradisional fenomena ini kita dapat rasakan dan melihat sendiri nanti kalau sudah vonis dokter gula darah tinggi, kolestrol maka yang bersangkutan berahli pada makanan yang alamiah (Tradisional). Budaya bukan saja tari-tarian saja, makanan juga bagian dari budaya atau identitas yang harus selalu di perkenalkan, kalau bukan kita siapa lagi? kalau bukan sekarang kapan lagi?
Beras apalagi sudah ada program beras raskinmu (beras untuk keluarga miskin dan murah) dari Pemerintah dengan harga Rp.1000 perkilo gram, beras menjadi primadona. Tak ayal, telah terjadi perubahan pola konsumsi dan ritme bekerja di ladang.

Lebih memprihatinkan bertepatan kalau terjadi perang suku yang membuat mereka takut ke luar rumah. Ladang luput dari penjagaan, babi masuk merusak tanaman. Dari sisi awal kerawanan pangan terjadi. Dampak jangka panjang adalah terkikisnya nilai-nilai sosial berupa etos kerja dan inovasi petani.

Keberadaan kearifan  lokal masyarakat Papua diperkuat oleh Susanto dan Suparlan (1989) bahwa ketahanan pangan di suatu daerah terutama pedalaman lebih disebabkan oleh adanya potensi ketahanan sosial budaya pada kehidupan masyarakat tradisional atau etnik tertentu. Ketahanan sosial budaya dalam hal pangan pokok diartikan terciptanya kondisi sosial dan budaya dalam hal pangan pokok diartikan terciptanya kondisi sosial dan   budaya masyarakat yang stabil dalam proses kehidupan rutin sehari-hari. Kebiasaan pangan (foot habits) yang menyangkut pangan pokok relatif tidak tergoyahkan walaupun terjadi goncangan-goncangan ekonomi dan politik.

Dari uraian di atas, masyarakat Papua secara turun-temurun telah memiliki “ pertanian Bapak dan “Makanan Mama” yang sudah terpolakan sejak lama. Apabila budaya pertanian tersebut ditinggalkan maka tidak menutup kemungkinan terjadi kerawanan pangan, kelaparan, hingga menyebabkan kematian penduduk. Kuncinya adalah mengembalikan atau adaptasi budaya pertanian Papua yang sudah terenggut modernisasi.
Penjalasan tentang Makanan Mama dan Pertanian Bapak akan dijelaskan tersendiri pada uraian dibawah.

Ketergantungan Pangan
            Ketergantungan hingga 60 persen pasokan makanan hidup pokok masyarakat seperti beras, sayur-sayuran, telur, daging dan serangan makanan siap saji (fast foot) dari luar Papua mengancam ketahanan makanan lokal. Di sisi lain 40 persen produk pangan lokal berfluktuasi ketersediaannya dan belum mampu mencukupi keutuhan lokal. Pergeseran pola makanan tradisional atau dikenal dengan pola makanan mama ke makanan modern seperti nasi dan serbuan makanan siap saji ikut mempercepat kerawanan pangan di Papua khususnya di wilayah pemekaran baru yang belum mengambil langka strategis untuk menghadapi fenomena globalisasi foot. 

            Dalam jangka panjang rawan pangan akan menyebabkan instabilitas sosial, ekonomi dan politik sedangkan jangka pendek adalah kelaparan dan kemiskinan . Hal ini sangat mungkin terjadi di tengah  gejolak politik yang mengarah ke disintegrasi bangsa akhir-akhir ini.

            Kelaparan terjadi bila produksi pangan lokal terhenti akibat turunya aktivitas pertanian seperti yang pernah dialami oleh masyarakat Yohukimo dan dataran tinggi lainnya di Papua. Sedangkan dampak laten kelangkaan pangan adalah kemiskinan karena 80 persen penduduk Papua menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian dan tinggal di perkampungan, kemiskinan di Papua mencapai angka 30-40 persen dari 2,3 juta jumlah penduduknya. Kelaparan dan kemiskinan akan mengakibatkan lost generation (hilangnya satu generasi) yang akibatnya hilangnya suatu peradaban di Papua.

Masih ada “Pertanian Bapak” dan Makanan “Mama”
Pertanian “Bapak” adalah kegiatan bercorak tanam dan berternak yang dilakukan oleh masyarakat lokal Papua yang diperoleh dari proses pembelajaran secara turun-temurun hingga kini masih digunakan dalam rangka mempertahankan sumber makanan pokok dan ekonomi orang Papua. Karena masyarakat Papua menganut sistem keluarga besar Patrineal (otoritas pada laki-laki) maka dalam aktivitas pertanian didominasi oleh kaum bapak. Dari sinilah defenisi pertanian bapak tercetus berbeda dengan pertanian konvesional yang kita saksikan di luar masyarakat Papua seperti menanaman pada di sawa.

             Seperti dijelaskan diatas model pertanian bapak dan makanan mama telah mampu mempertahankan ketersediaan pangan lokal di Papua. Hasil pendataan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua pada tahun 2017 produksi uji jalar mencapai 101.710  ton, dikonsumsi hanya 31,125 ton. Hal ini menunjukkan kebutuhan uji jalar masyarakat Papua tercukupi oleh lokal dan bahkan berlebih. Kelebihan Produksi tersebut menjadi suatu tantangan untuk memanfaatkan ubi jalar menjadi aneka produk olahan yang memiliki daya saing tinggi.

            Namun, empat tahun terakhir setelah program raskinmu yaitu beras untuk keluarga miskin dan murah masuk kampung, terjadi perubahan pola konsumsi dan berkurangnya kegiatan di ladang. Di satu sisi inovasi atau pengetahuan teknologi  pertanian yang diberikan kepada petani lokal tersebut belum dipahami dengan mapan, program sering terhenti ditengah jalan dan tenaga penyuluh pun dengan alasan sarana yang sangat minim enggan turun ke lapangan. Saat itulah ladang masyarakat ditinggalkan, rawan pangan terjadi di Papua.

            Defenisi makanan mama adalah jenis makanan khas atau tradisional suatu daerah seperti Papua yang dibuat dan dikonsumsi secara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat. Karena masalah makanan atau urusan dapur atau pekerjaan ibu atau mama-mama maka disinilah asal usul istilah “makanan mama” tersebut.

            Kita mengenal makanan mama seperti : Papeda, berapan, ubi atau keladi bakar, sayur gedi, buah merah, ikan asar dan sebaginya yang belum sempat teridentifikasi. Pertanyanya adalah sejauhmana keberadaan makanan mama tersebut, apakah masih menjadi konsumsi utama masyarakat kampung atau bahkan di kota ada grai seperti swalayan dan warung menjual makanan khas Papua?

            Ekstensi  makanan mama tersebut akan mempengaruhi ketahanan pangan di Papua karena prinsip ekonom Produksi dipengaruhi oleh permintaan (konsumsi) komoditi itu sendiri. Bagaimana mungkin petani kita mau menanam ubi jalar kalau permintaan atau yang  memakan ubi  jalar itu tidak ada.  Gejala  ini sudah nampak dipasar  jenis komunitas makanan mama tidak laku dan mulai langka. Masyarakat lebih senang dan terpandang membeli atau belanja makanan siap saji (fast food) seperti mie instan, bumbu masak saset, minuman botol atau ikan keleng, minuman botol kaleng berenergi di  restoran, café atau swalayan.

            Komsumsi makanan siap saji mie instan dan makanan keleng sudah merambah ke kampung-kampung, bahkan mie instan segala merk sudah menjadi bahan   makanan yang selalu disiapkan di para-para dapur mama-mama kita di Kampung-Kampung Papua. Begitu dahsyatnya serbuan makanan seperti beras dan fast food yang sesungguhnya menguntungkan produsen luar  dan sebaliknya mengancam ketahanan pangan lokal Papua.

            Boleh jadi di masa akan datang  generasi Papua tidak tahu lagi makan khas Papua seperti : Papeda ubi, keladi  bakar. Padahal makanan mama tersebut memberi makna filofori yang saat bernilai dalam kehidupan keluarga misalnya untuk perdamaian, kebersamaan d  an gotong – royong. Barape  n (menggunakan ubi-ubian menggunakan panas batu) adalah prosesi mengajikan makanan mama dalam rangka perdamaian perang atau sengketa adat.

            Dari segi keseimbangan gizi dan kehalalan makanan modern / fast food luput dari perhatian akal sehat kita , yang penting  keluar di iklan TV langsung di komsumsi karena kita tidak banyak tahu atau tidak mau tahu dibuat dari bahan dasar dan zat pengawet apa. Sekarang ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai kemanfaatnya namun karena gaya (hidup), demi sebuah cerita yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat Televisi, tayangan sinetron, acara infotainment, ajeng kompetisi para calon bintang, gaya hidup selebriti, dsb. Yang ditawarkan iklan bukanlah nilai suatu barang, tetapi citra dan gaya bagi pemakainya tidak penting apakah barang itu berguna apa atau tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. Karena itu yang kita konsumsi adalah makna yang dilekatkan pada barang itu, sehingga kita tidak pernah mampu memenuhi kebutuhan kita. Kita menjadi tak pernah terpuaskan. Kita lalu menjadi pemboros agung, mengonsumsi tanpa henti, rakus dan serahkan. Konsumsi yang kita hasilkan justru menghasilkan ketidak puasan kita menjadi teralienasi karena perilaku konsumsi kita. Pada gilirannya ini menghasilkan kesadaran palsu. Seakan-akan terpuaskan padahal kekurangan, seakan-akan mampu pada hal miskin.

            Kita tidak sedang hidup dalam masyarakat bercukupan tapi dalam masyarakat pertumbuhan. namanya Ideologi pertumbuhan selalu menghasilkan dua hal, kemakmuran dan kemiskinan, Makmur bagi yang diuntungkan (Kapitalisme) dan miskin bagi yang terpinggirkan. Kenyataannya, pertumbuhan adalah alat untuk membatasi ruang gerak orang-orang miskin. Kerena itulah ideology sengaja dilanggengkan untuk menjaga sistem. Pertumbuhan adalah fungsi kemiskinan, kata Baudrillard, pertentangan yang ada di dalamnya mengarah pada kemiskinan psikologis dan kefakiran sistematis karena “kebutuhan” akan selalu melampaui produksi barang.  Akibat kita sering mengkomsumsi makanan tidak bergizi dan baik. Maka jangan heran banyak bayi lahir dalam kondisi fisik dan mental tidak normal yang di duga mengkomsumsi makanan yang sudah tercemar zat-zat adiktif  mengganggu keseimbangan fisiologi embrio atau janin.

            Makanan mama yang dimasak dan diracik sendiri oleh mama kita sendiri sangat jelas bahan dasar, bumbu, kebersihannya karena sejak nenek moyang mereka tidak pernah mengalami hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Ketika kita melupakan makanan mama, sebenarnya kita telah membuat diri kita tercerabut dari akar budaya sendiri. Sebab apa yang kita terapkan sekarang dengan mengkonsumsi makanan modern hasil meniru kebudayaan orang lain.          

SUMBER RUJUKAN :
Sumber Buku :
George Ritzer, 2014. “Mcdonaldisasi Masyarakat”, Penerbit Pustaka Belajar
Jean Baudrillard 2015. “Masyarakat Konsumsi” Penerbit, Kreasi Wanaca
Mulyadi, 2014. Budaya Pertanian Papua “Perubahan Sosial dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Arfak, Penerbit Kartika Media Yogyakarta.

Sumber Internet :

Selasa, 08 Desember 2015

TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI UNTUK MAHASISWA STISIPOL



TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI
UNTUK MAHASISWA STISIPOL

TOPIK :

  1. PANDANGAN THOMAS SAMUEL KUHN TERHADAP PARADIGMA ILMU  
  2. PANDANGAN AUGUSTE COMTE TERHADAP HUKUM TIGA TAHAP
  3. PANDANGAN MAX WEBER TERHADAP ETIKA PROTESTANT ETHIC AND THE SPIRIT OF CAPITALISM
  4. PANDANGAN EMILE DURKHEIM TERHADAP SOLIDARITAS
  5. PANDANGAN KARL MARX TERHADAP PERJUANGAN KELAS

Pilih Salah Satu Topik diatas, buatlah dalam bentuk makalah, dengan  Sistimatika Makalah sebagai berikut :

BAB : I. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
  2. Rumusan Masalah
  3. Tujuan Penulisan

BAB : II. PEMBAHASAN

BAB : III. PENUTUP
  1. KESIMPULAN
  2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA


Tata-tata Cara Penulisan :
1. Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
2. Menggunakan Huruf Times New Roman 12
3. Jumlah Halaman :
    Bab I     =  3 halaman
    Bab II    = 6 Halaman
    Bab III   = 2 Halaman
   
Waktu Pengumpulan Tugas Minimum Hari Kamis  16 Desember 2015 Sampai Maxsimum Hari Senin, 21 Desember 2015, bagi yang mengumpulkan tugas tepat waktu akan diberikan nilai tambah. Tugas dikumpul melalui email lamochtarunu71@gmail.com

Rabu, 02 Desember 2015

Tingkah Laku Manusia Dan Lingkungan Sosial



Interaksi manusia dan lingkungan sosial bagaikan prinsip mutualisma (saling tergantung), dipandang dari aspek prilaku, interaksi  tersebut bukan saling menguntungkan tetapi pula saling merugikan.
                Saling menguntungkan dan merugikan merupakan dinamika dalam kehidupan, sangat diperlukan daya adaptasi manusia. Disini dipertarukan usaha-usaha dan cara-cara, strategis, kepribadian, motivasi, visi-misi Suatu Lembaga (Institusi) masing-masing manajemen diri, baik tingkat lokal, nasional, regional dan global.
                Hasil  pengamatan sehari-hari baik kehidupan individu, keluarga, kelompok, organisasi,  dan swasta, akan terasa betapa berat, ringan  dan kompleksnya hubungan prilaku dalam pembangunan.
               Ada-ada saja masalah. Ada-ada saja saling kurang memahami, pertengkaran, perkelahian, pemberontak, pembunuhan. Dalam lingkungan fisik, prilaku manusia, membuang sampah sembarangan tepat, polusi udara, pencemaran Air dan tanah, Ilegalloging, kehancuran ekosistem, berakibat pula pada pemanasan global, selanjutnya terjadi badai es, banjir  dan selanjutnya  kehancuran dan kematian manusia dan gangguan kesejahteraan sosial.
               Dari sisi pemenuhan kebutuhan, banyak yang miskin, gelandangan, tidak punya rumah, kekurangan makanan, pangan dan papan, dan kekurangan air bersih. Dari segi pendidikan, kebudayaan, anak putus sekolah, pengangguran SD, SMP, SMA, PT, Sarjana dan pengangguran Doctor.
               Tetapi ada juga, yang masih bernasib beruntung, mendapatkan fasilitas kemewahan, Umumnya orang-orang yang hidup mewa adalah orang-orang yang  beradaptasi tinggi, memiliki daya kreativitas dan membangun semangat  kerja keras.
               Dengan demikian pemahaman tingkah laku manusia dan lingkungan sosial akan diarahkan pada aspek prilaku conduct (relatif berubah) dan prilaku pattern (Relatif) tidak berubah serta Implikasinya bagi mengembangkan sosial, politik ekonomi dan lingkungan  hidup
  1. Pengertian Dasar
1.       Tingkah laku manusia Dan lingkungan sosial

Tingkahlaku Manusia

Beberapa sumber informasi hasil membaca berbagai sumber mengarahkan tingkah laku hampir disamakan dengan prilaku, dan prilaku  dipandang relatif berubah ( Conduct ) ralatif  tidak berubah (Pattern). Pengertian lain mengarahan, sifat bawaan dan lingkungan , adaftif dan mal adaptif (malajusment)



a.           Prilaku Conduct
Prilaku ini lebih dominan adalah faktor lingkungan, karena tuntutan kemajuan dan perubahan
Dalam kamus istilah mengemukan ( 1994) tingkah laku adalah tindak-tinduk seseorang menurut pengamatan lingkungannya  (Conduc) Pendapat ini mengarahkan bila tingkah laku berubah karena lingkungan .
Contoh : Perubahan kerajaan mengikuti Republik, tindak tanduk anak-anak bangsawan raja, raja dan  istri raja, serta semuanya harus berubah perubahan  ini membawa implikasi pada kehidupan ekonomi sosial politik.
Contoh lain dalam teori X  oleh MC Gregor, mengarahkan prilaku  karena sifat bawaan (nature)
(a).  Orang tidak suka pada kerja sedapatnya menghindari kerja, oleh karena itu
(b). Orang harus dibujuk, banyak dipaksa, dipimpin di awasi supaya befungsi   tenaganya.
(c).  Orang mempunyai ambisi kecil, segang bertanggung jawab dan terutama ingin memperoleh perasaan tentram ( Teori X)

Teori Y pangkat andalan tentang kondrat dan prilaku manusia yang menurut diglas lebih sesuai dengan hasil pemikiran sekarang dari pada ( teori X) adalah itu ialah bahwa orang kaya :
(a).     Suka bertanggung jawab
(b).    Memiliki kemampuan menggunakan daya pikir, daya peka, daya cipta, dan bahwa mereka
(c).     Upaya mengendalikan diri ( Teori Y)

Berdasarkan  pendapat diatas, hampir disejajarkan  dengan tingkah laku manusia Mal-Adapsif atau prilaku menyimpang (Devian Behavior) Prilaku adaptive, memiliki kemampuan menghadap lingkungan





b.    Prilaku Pattern
Dalam tulisan Hasan Shadily ( 1993) meyebutkan di dalam masyarakat mengenal daya pola yang berisi keinginan supaya bertingkah laku yang baik, yang berisi cita-cita pekerjaan baik dinamakan pola ideal ( Ideal Patter)
                  Dalam tulisan A.S. Kesumajana ( 1989) menjelaskan : Prilaku atau tingkah laku itu diwujudkan oleh orang Dewasa normal dalam empat macam yaitu : Sikap, Ucapan, Tindakan dan awal perbuatan yang berpola, karena itu disebut juga pola sikap, Pola Ucap, pola tindakan dan pola awal perbuatan.

Berdasarkan  pendapat tersebut jelas-jelas bahwa prilaku atau tingkah laku manusia dapat disebut berpola (Patten )  adalah hasil pengalaman orang dewasa, bersifat berubah atau conduct , adaptive atau mall adaptive  normal atau tidak normal (menyimpang) 

1.2. Lingkungan Sosial
Perpaduan antara manusia ( Individu-Individu) kelompok dengan kelompok, yang bekerja sama, membentuk mengelompokkan sosial (Social Grouping), mengembangkan organisasi, yaitu suatu jaringan interaksi sosial antar sesama untuk menjamin ketertiban sosial.
                Interaksi – interaksi sosial itulah yang kemudian melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan sosial ( Disari Janny Purba, 2001)
Lingkungan sosial, meliputi keluarga inti, keluarga luas, kelompok masyarakat, beserta pranata dengan simbol – simbol  dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam (Ekosistenya) dan lingkungan buatan ( tata ruang)
                Dalam tulisan Bambang Diliyanto ( 2004) yang berkaitan dengan lingkungan sosial budaya mengemukakan :
“Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan antara manusia yang meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pandangannya yang berlaku dalam suatu lingkungan Spasial ( Ruang) yang ruang Lingkungannya ditentukan oleh keberlakuan dalam pola-pola lingkungan sosial tersebut (Termasuk prilaku manusia didalamnya); oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada didalamnya,
                Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, lingkungan sosial dimaksudkan adalah berawal dari naluri hidup bersama membentuk mengelompokkan, mengembangkan organisasi, dan membangun interaksi sosial dibangun bersama nilai dan norma, teknologi dan lambang-lambang sebagai pengikat tingkah laku dan didukung oleh lingkungan spasial ( Ruang)
                Dalam tulisan Nursid Sumaatmadja,(1978) menjelaskan pengertian lingkungan. Lingkungan  yaitu semua kondisi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter (environment are all condition which have an efek on growth and character ).
Lingkungan Sosial, termasuk semua manusia yang ada di sekitar manusia di sekitar seseorang atau di sekitar sesuatu kelompok. Lingkungan sosial ini dapat berbentuk perorangan, maupun dalam bentuk kelompok. Keluarga, teman sepermainan, tetangga,warga desa, warga kota, bangsa, bangsa dan seterusnya, termasuk lingkungan sosial bagi seseorang atau sesuatu kelompok.
 Menurut hemat penulis lingkungan sosial meliputi pula, lingkungan sosial peramu, pemburu dan pe ladang, lingkungan sosial menetap, lingkungan sosial desa, lingkungan sosial kota, lingkungan negara, lingkungan lokal dan lingkungan sosial global

1.3.Tingkah laku manusia dan lingkungan sosial
                Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut diatas tingkah laku manusia dan lingkungan sosial menunjukkan bahwa manusia bertingkah laku dibentuk oleh lingkungannya disebut  Determinan  ekologi/Sosial, selanjutnya hasil bentukan lingkungan tersebut mengarahkan pembentukan kepribadian manusia untuk membangun dirinya dan membangun/ mempengaruhi  lingkungannya. Dengan demikian hubungan manusia  dengan lingkungan saling menunjang dan saling mempengaruhi ( kebaikan dan keburukan)

                Di bawah ini diberikan gambaran tentang hubungan manusia dan lingkungan sosial saling menunjang dan memperkuat untuk pencapaian kebutuhan  manusia dan kebutuhan organisasi.
a. Tingkah laku dan lingkungan sosial yang adaftif.
 Kevin Nguyen, seorang awak kapal penerbangan Continental Airlines, berpikir ia telah membuat kesalahan ketika ia dipanggil ke kokpit dalam penerbangan dari Newark ke Las Vegas. Ia sangat terkejut ketika diberitahu bahwa pemimpin Continental, Gordon Bethune berada di ujung telpon. Ternyata Bethune menyampaikan berita gembira, Nguyen memenangkan Ford Ekplorer baru, satu dari delapan hadiah yang setiap tahun diberikan Continental kepada karyawan dengan kehadiran sempurna selama enam bulan sebelumnya. “ Saya tidak dapat mempercayai “, kata Nguyen, yang telah bekerja di continental sejak 1997. Fred Miller, pilot Boeing 757 untuk Continental juga memenangkan Ekplorer pada hari yang sama dengan Nyuyen. Apa komentarya? : Saya hanya datang bekerja sebagaimana seharusnya dan mereka memberi saya sebuah mobil “
            Program hadiah-kehadiran itu berjalan baik. Sejak peluncuran program itu, Continental telah menghadiahkan delapan puluh tiga kendaraan serba guna Sport Ford yang kesemuanya bernilai sekitar $ 3 juta. Namun program itu telah menghemat lebih dari $ 20 juta bagi perusahaan dengan mengurangi angka kemangkiran penerbangan. Sebagai contoh, lebih dari 14.000 atau sekitar sepertiga karyawan Continental memenuhi syarat mendapatkan Ekplorer karena memiliki catatan kehadiran sempurna selama periode 6 bulan terakhir
             Selain meningkatkan angka kehadiran, program hadiah Ekplorer memiliki manfaat lain. Terutama, program itu meningkatkan motivasi karyawan dan meningkatkan kepuasan penumpang. Sekarang Continental mendapatkan perangkat tepat waktu tertinggi dari perusahaan besar AS  mana pun dan meraih perangkat pertama dalam Survei kepuasan pelanggan terbaru yang diselenggarakan J.D. Power and Association. Semua ini membantu mengkuhkukan kinerja keuangan Continental. Setelah dua kali terancam bangkrut pada tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, Bethune direkut pada tahun 1994 untuk membalikkan keadaan perusahaan. Dia langsung memperkenalkan sejumlah program – seperti menghadiakan kehadiran – untuk menjadikan Continental sebagai tempat yang lebih baik untuk bekerja. Dan para karyawan menyambutnya. Di bahwa kepemimpinan Bethune, Continental mampu menghasilkan laba secara konsisten pembelajaran. Akan tetapi, pertama kita harus melihat bagaimana karakteristik biografis ( Seperti jenis kelamin dan usia) da kemampuan mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan.

b.Tingkah laku dan lingkungan sosial yang mal adaptif.
Diskripsi tentang disfugsi sosial dalam adaptasi individu dan organisasi Perilaku menyimpang di tempat kerja, Ted Vowinkel dikecewakan oleh rekan kerja yang terus menyebarkan desas-desus yang jahat yang tidak benar akan dirinya. Debra Hunley merasa lelah karena anggota tim kerjanya yang, bila dihadapkan dengan masalah, menunjukkan rasa kekecewaan dengan berteriak dan mengeluh kedia dan anggota tim kerja lainya. Dan Rhonda Lieberman baru saja keluar dari pekerjaannya sebagai perawat gigi setelah terus menerus mendapat pelecehan seksual  dari majikannya.
                Apa yang merupakan persamaan dari tiga episode ini ? Mereka adalah para karyawan yang mengalami tindakan –tindakan perilaku penyimpangan di tempat kerja, Istilah ini mencakup kisaran tindakan luas tindakan-tindakan antisocial yang di lakukan oleh anggota organisasi yang secara sengaja melanggar norma-norma yang sudah ditetapkan dan itu mengakibatkan konsekuensi yang negatif bagi organisasi, anggotanya, atau keduanya. Paraga 8-6 memberikan tipologi perilaku ditempat kerja yang menyimpan dengan contoh masing-masing.
             Sedikit organisasi yang mengakui telah mengijinkan atau menciptakan kondisi yang mendorong dan mempertahankan norma-norma yang menyimpang itu. Norma-norma yang menyimpang itu memang ada. Karyawan melaporkan misalnya, tentang meningkatnya kekerasan dan sikap tak peduli terhadap orang lain yang dilakukan pada bos pada tahun-tahun terakhir. Dan hampir separuh karyawan yang menderita perlakuan kasar ini melaporkan bahwa langkah itu telah membuat mereka berpikir untuk berganti pekerjaan, di mana 12 persen benar-benar keluar karenanya.
             Seperti norma pada umumnya, tindakan –tindakan antisocial masing-masing karyawan dibentuk oleh konteks kelompok dimana  mereka bekerja. Bukti menunjukkan bahwa perilaku anti sosial  yang diperagakan oleh kelompok kerja itu  merupakan peramal yang penting dari prilaku antisocial individu itu saat  bekerja. Dengan kata lain perilaku di tempat kerja yang menyimpang mungkin berkembang kalau didukung oleh norma-norma kelompok. Bagi para manajer ini berarti bila norma-norma yang menyimpang di tempat kerja muncul, maka kerja sama, komitmen, dan motivasi karyawan mungkin mengalami gangguan. Ini, pada gilirannya, dapat mengarungi produktifitas dan kerja karyawan, serta meningkatkan ketidak hadiran masuk karyawan.