Rabu, 02 Desember 2015

Tingkah Laku Manusia Dan Lingkungan Sosial



Interaksi manusia dan lingkungan sosial bagaikan prinsip mutualisma (saling tergantung), dipandang dari aspek prilaku, interaksi  tersebut bukan saling menguntungkan tetapi pula saling merugikan.
                Saling menguntungkan dan merugikan merupakan dinamika dalam kehidupan, sangat diperlukan daya adaptasi manusia. Disini dipertarukan usaha-usaha dan cara-cara, strategis, kepribadian, motivasi, visi-misi Suatu Lembaga (Institusi) masing-masing manajemen diri, baik tingkat lokal, nasional, regional dan global.
                Hasil  pengamatan sehari-hari baik kehidupan individu, keluarga, kelompok, organisasi,  dan swasta, akan terasa betapa berat, ringan  dan kompleksnya hubungan prilaku dalam pembangunan.
               Ada-ada saja masalah. Ada-ada saja saling kurang memahami, pertengkaran, perkelahian, pemberontak, pembunuhan. Dalam lingkungan fisik, prilaku manusia, membuang sampah sembarangan tepat, polusi udara, pencemaran Air dan tanah, Ilegalloging, kehancuran ekosistem, berakibat pula pada pemanasan global, selanjutnya terjadi badai es, banjir  dan selanjutnya  kehancuran dan kematian manusia dan gangguan kesejahteraan sosial.
               Dari sisi pemenuhan kebutuhan, banyak yang miskin, gelandangan, tidak punya rumah, kekurangan makanan, pangan dan papan, dan kekurangan air bersih. Dari segi pendidikan, kebudayaan, anak putus sekolah, pengangguran SD, SMP, SMA, PT, Sarjana dan pengangguran Doctor.
               Tetapi ada juga, yang masih bernasib beruntung, mendapatkan fasilitas kemewahan, Umumnya orang-orang yang hidup mewa adalah orang-orang yang  beradaptasi tinggi, memiliki daya kreativitas dan membangun semangat  kerja keras.
               Dengan demikian pemahaman tingkah laku manusia dan lingkungan sosial akan diarahkan pada aspek prilaku conduct (relatif berubah) dan prilaku pattern (Relatif) tidak berubah serta Implikasinya bagi mengembangkan sosial, politik ekonomi dan lingkungan  hidup
  1. Pengertian Dasar
1.       Tingkah laku manusia Dan lingkungan sosial

Tingkahlaku Manusia

Beberapa sumber informasi hasil membaca berbagai sumber mengarahkan tingkah laku hampir disamakan dengan prilaku, dan prilaku  dipandang relatif berubah ( Conduct ) ralatif  tidak berubah (Pattern). Pengertian lain mengarahan, sifat bawaan dan lingkungan , adaftif dan mal adaptif (malajusment)



a.           Prilaku Conduct
Prilaku ini lebih dominan adalah faktor lingkungan, karena tuntutan kemajuan dan perubahan
Dalam kamus istilah mengemukan ( 1994) tingkah laku adalah tindak-tinduk seseorang menurut pengamatan lingkungannya  (Conduc) Pendapat ini mengarahkan bila tingkah laku berubah karena lingkungan .
Contoh : Perubahan kerajaan mengikuti Republik, tindak tanduk anak-anak bangsawan raja, raja dan  istri raja, serta semuanya harus berubah perubahan  ini membawa implikasi pada kehidupan ekonomi sosial politik.
Contoh lain dalam teori X  oleh MC Gregor, mengarahkan prilaku  karena sifat bawaan (nature)
(a).  Orang tidak suka pada kerja sedapatnya menghindari kerja, oleh karena itu
(b). Orang harus dibujuk, banyak dipaksa, dipimpin di awasi supaya befungsi   tenaganya.
(c).  Orang mempunyai ambisi kecil, segang bertanggung jawab dan terutama ingin memperoleh perasaan tentram ( Teori X)

Teori Y pangkat andalan tentang kondrat dan prilaku manusia yang menurut diglas lebih sesuai dengan hasil pemikiran sekarang dari pada ( teori X) adalah itu ialah bahwa orang kaya :
(a).     Suka bertanggung jawab
(b).    Memiliki kemampuan menggunakan daya pikir, daya peka, daya cipta, dan bahwa mereka
(c).     Upaya mengendalikan diri ( Teori Y)

Berdasarkan  pendapat diatas, hampir disejajarkan  dengan tingkah laku manusia Mal-Adapsif atau prilaku menyimpang (Devian Behavior) Prilaku adaptive, memiliki kemampuan menghadap lingkungan





b.    Prilaku Pattern
Dalam tulisan Hasan Shadily ( 1993) meyebutkan di dalam masyarakat mengenal daya pola yang berisi keinginan supaya bertingkah laku yang baik, yang berisi cita-cita pekerjaan baik dinamakan pola ideal ( Ideal Patter)
                  Dalam tulisan A.S. Kesumajana ( 1989) menjelaskan : Prilaku atau tingkah laku itu diwujudkan oleh orang Dewasa normal dalam empat macam yaitu : Sikap, Ucapan, Tindakan dan awal perbuatan yang berpola, karena itu disebut juga pola sikap, Pola Ucap, pola tindakan dan pola awal perbuatan.

Berdasarkan  pendapat tersebut jelas-jelas bahwa prilaku atau tingkah laku manusia dapat disebut berpola (Patten )  adalah hasil pengalaman orang dewasa, bersifat berubah atau conduct , adaptive atau mall adaptive  normal atau tidak normal (menyimpang) 

1.2. Lingkungan Sosial
Perpaduan antara manusia ( Individu-Individu) kelompok dengan kelompok, yang bekerja sama, membentuk mengelompokkan sosial (Social Grouping), mengembangkan organisasi, yaitu suatu jaringan interaksi sosial antar sesama untuk menjamin ketertiban sosial.
                Interaksi – interaksi sosial itulah yang kemudian melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan sosial ( Disari Janny Purba, 2001)
Lingkungan sosial, meliputi keluarga inti, keluarga luas, kelompok masyarakat, beserta pranata dengan simbol – simbol  dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam (Ekosistenya) dan lingkungan buatan ( tata ruang)
                Dalam tulisan Bambang Diliyanto ( 2004) yang berkaitan dengan lingkungan sosial budaya mengemukakan :
“Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan antara manusia yang meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pandangannya yang berlaku dalam suatu lingkungan Spasial ( Ruang) yang ruang Lingkungannya ditentukan oleh keberlakuan dalam pola-pola lingkungan sosial tersebut (Termasuk prilaku manusia didalamnya); oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada didalamnya,
                Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, lingkungan sosial dimaksudkan adalah berawal dari naluri hidup bersama membentuk mengelompokkan, mengembangkan organisasi, dan membangun interaksi sosial dibangun bersama nilai dan norma, teknologi dan lambang-lambang sebagai pengikat tingkah laku dan didukung oleh lingkungan spasial ( Ruang)
                Dalam tulisan Nursid Sumaatmadja,(1978) menjelaskan pengertian lingkungan. Lingkungan  yaitu semua kondisi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan karakter (environment are all condition which have an efek on growth and character ).
Lingkungan Sosial, termasuk semua manusia yang ada di sekitar manusia di sekitar seseorang atau di sekitar sesuatu kelompok. Lingkungan sosial ini dapat berbentuk perorangan, maupun dalam bentuk kelompok. Keluarga, teman sepermainan, tetangga,warga desa, warga kota, bangsa, bangsa dan seterusnya, termasuk lingkungan sosial bagi seseorang atau sesuatu kelompok.
 Menurut hemat penulis lingkungan sosial meliputi pula, lingkungan sosial peramu, pemburu dan pe ladang, lingkungan sosial menetap, lingkungan sosial desa, lingkungan sosial kota, lingkungan negara, lingkungan lokal dan lingkungan sosial global

1.3.Tingkah laku manusia dan lingkungan sosial
                Berdasarkan pendapat – pendapat tersebut diatas tingkah laku manusia dan lingkungan sosial menunjukkan bahwa manusia bertingkah laku dibentuk oleh lingkungannya disebut  Determinan  ekologi/Sosial, selanjutnya hasil bentukan lingkungan tersebut mengarahkan pembentukan kepribadian manusia untuk membangun dirinya dan membangun/ mempengaruhi  lingkungannya. Dengan demikian hubungan manusia  dengan lingkungan saling menunjang dan saling mempengaruhi ( kebaikan dan keburukan)

                Di bawah ini diberikan gambaran tentang hubungan manusia dan lingkungan sosial saling menunjang dan memperkuat untuk pencapaian kebutuhan  manusia dan kebutuhan organisasi.
a. Tingkah laku dan lingkungan sosial yang adaftif.
 Kevin Nguyen, seorang awak kapal penerbangan Continental Airlines, berpikir ia telah membuat kesalahan ketika ia dipanggil ke kokpit dalam penerbangan dari Newark ke Las Vegas. Ia sangat terkejut ketika diberitahu bahwa pemimpin Continental, Gordon Bethune berada di ujung telpon. Ternyata Bethune menyampaikan berita gembira, Nguyen memenangkan Ford Ekplorer baru, satu dari delapan hadiah yang setiap tahun diberikan Continental kepada karyawan dengan kehadiran sempurna selama enam bulan sebelumnya. “ Saya tidak dapat mempercayai “, kata Nguyen, yang telah bekerja di continental sejak 1997. Fred Miller, pilot Boeing 757 untuk Continental juga memenangkan Ekplorer pada hari yang sama dengan Nyuyen. Apa komentarya? : Saya hanya datang bekerja sebagaimana seharusnya dan mereka memberi saya sebuah mobil “
            Program hadiah-kehadiran itu berjalan baik. Sejak peluncuran program itu, Continental telah menghadiahkan delapan puluh tiga kendaraan serba guna Sport Ford yang kesemuanya bernilai sekitar $ 3 juta. Namun program itu telah menghemat lebih dari $ 20 juta bagi perusahaan dengan mengurangi angka kemangkiran penerbangan. Sebagai contoh, lebih dari 14.000 atau sekitar sepertiga karyawan Continental memenuhi syarat mendapatkan Ekplorer karena memiliki catatan kehadiran sempurna selama periode 6 bulan terakhir
             Selain meningkatkan angka kehadiran, program hadiah Ekplorer memiliki manfaat lain. Terutama, program itu meningkatkan motivasi karyawan dan meningkatkan kepuasan penumpang. Sekarang Continental mendapatkan perangkat tepat waktu tertinggi dari perusahaan besar AS  mana pun dan meraih perangkat pertama dalam Survei kepuasan pelanggan terbaru yang diselenggarakan J.D. Power and Association. Semua ini membantu mengkuhkukan kinerja keuangan Continental. Setelah dua kali terancam bangkrut pada tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, Bethune direkut pada tahun 1994 untuk membalikkan keadaan perusahaan. Dia langsung memperkenalkan sejumlah program – seperti menghadiakan kehadiran – untuk menjadikan Continental sebagai tempat yang lebih baik untuk bekerja. Dan para karyawan menyambutnya. Di bahwa kepemimpinan Bethune, Continental mampu menghasilkan laba secara konsisten pembelajaran. Akan tetapi, pertama kita harus melihat bagaimana karakteristik biografis ( Seperti jenis kelamin dan usia) da kemampuan mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan.

b.Tingkah laku dan lingkungan sosial yang mal adaptif.
Diskripsi tentang disfugsi sosial dalam adaptasi individu dan organisasi Perilaku menyimpang di tempat kerja, Ted Vowinkel dikecewakan oleh rekan kerja yang terus menyebarkan desas-desus yang jahat yang tidak benar akan dirinya. Debra Hunley merasa lelah karena anggota tim kerjanya yang, bila dihadapkan dengan masalah, menunjukkan rasa kekecewaan dengan berteriak dan mengeluh kedia dan anggota tim kerja lainya. Dan Rhonda Lieberman baru saja keluar dari pekerjaannya sebagai perawat gigi setelah terus menerus mendapat pelecehan seksual  dari majikannya.
                Apa yang merupakan persamaan dari tiga episode ini ? Mereka adalah para karyawan yang mengalami tindakan –tindakan perilaku penyimpangan di tempat kerja, Istilah ini mencakup kisaran tindakan luas tindakan-tindakan antisocial yang di lakukan oleh anggota organisasi yang secara sengaja melanggar norma-norma yang sudah ditetapkan dan itu mengakibatkan konsekuensi yang negatif bagi organisasi, anggotanya, atau keduanya. Paraga 8-6 memberikan tipologi perilaku ditempat kerja yang menyimpan dengan contoh masing-masing.
             Sedikit organisasi yang mengakui telah mengijinkan atau menciptakan kondisi yang mendorong dan mempertahankan norma-norma yang menyimpang itu. Norma-norma yang menyimpang itu memang ada. Karyawan melaporkan misalnya, tentang meningkatnya kekerasan dan sikap tak peduli terhadap orang lain yang dilakukan pada bos pada tahun-tahun terakhir. Dan hampir separuh karyawan yang menderita perlakuan kasar ini melaporkan bahwa langkah itu telah membuat mereka berpikir untuk berganti pekerjaan, di mana 12 persen benar-benar keluar karenanya.
             Seperti norma pada umumnya, tindakan –tindakan antisocial masing-masing karyawan dibentuk oleh konteks kelompok dimana  mereka bekerja. Bukti menunjukkan bahwa perilaku anti sosial  yang diperagakan oleh kelompok kerja itu  merupakan peramal yang penting dari prilaku antisocial individu itu saat  bekerja. Dengan kata lain perilaku di tempat kerja yang menyimpang mungkin berkembang kalau didukung oleh norma-norma kelompok. Bagi para manajer ini berarti bila norma-norma yang menyimpang di tempat kerja muncul, maka kerja sama, komitmen, dan motivasi karyawan mungkin mengalami gangguan. Ini, pada gilirannya, dapat mengarungi produktifitas dan kerja karyawan, serta meningkatkan ketidak hadiran masuk karyawan.