Setelah membaca sub bab pertama dan ke dua, membahas tentang selintas
sejarah perkembangan sosiologi di Indonesia dan peran para perintis sosiologi,
kemudian pertanyaan yang mungkin muncul pada sebagian pembaca adalah apa
manfaat mempelajari ilmu sosiologi. Pertanyaan seperti ini adalah wajar saja,
karena setiap orang mempelajari suatu ilmu paling tidak ingin mendapatkan
sesuatu manfaat dari apa yang dipelajari. Sebelum menjawab pertanyaan yang akan
dijawab sendiri, terlebih dahulu dijelaskan status ilmu sosiologi itu. Pada
intinya suatu ilmu dapat dikelompokkan sebagai ilmu murni (pure science)
mempelajari ilmu untuk pengembangan suatu ilmu, dan ilmu terapan (applied science) mempelajari
suatu ilmu dan dipergunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Seperti contoh yang dikemukakan oleh Horton dan Hunt (1999) sebagai
berikut. Bahwa seorang ahli sosiologi melakukan penelitian tentang struktur
sosial di perkampungan miskin dan kotor. Dalam penelitian itu akan
dideskripsikan berbagai hal yang terkait dengan masalah struktus sosial dan
tentang kehidupan orang misskin, maka peneliti
tersebut bekerja sebagai ilmuan murni,
tetapi manakala peneliti itu menjelaskan bagaimana mencegah atau mencegah kejahatan di daerah miskin dan kotor, maka ia tampilkan
ilmu sosiologi sebagai ilmu terapan. Contoh ini
memberi makna bahwa ilmu sosiologi dapat tampil sebagai ilmu murni dan
dapat pula sebagai ilmu terapan.
Sesungguhnya dalam kenyataan setiap orang dapat mengetahui tentang ilmu
sosiologi, setiap orang berbicara tentang masalah sosial yang ia hadapi atau
yang dijadapi oleh masyarakat, karena ia selain sebagai pelaku dari ilmu
sosiologi itu, dan ia pula menciptakan masalah sosial dan ia pula memcoba
memecahkannya. Bila ditanya tentang masalah sosial yang dihadapinya maka ia
akan lancar menjelaskannya, bagaimna pula ia mencoba memecahkan, dan tidak
sedikit yang berhasil tetapi ada pula
yang belum berhasil. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa banyak artikel yang bertaburan pada artikel ilmiah
ataupun majalah umum banyak ditampilkan masalah sosial/sosiologi yang penulisnya
bukan orang sosiologi. Dalam konteks itu penulis sebagai seorang yang perna
belajar ilmu sosiologi, ikut respon terhadap situasi yang demikian, karena
ternyata ilmu sosiologi banyak diminati bahkan banyak ahli ilmu sosiologi
terapan dimasyarakat dan akhirnya ilmu sosiologi menjadi milik dan dicintai oleh masyarakat luas.
Kita yang sudah terlanjur menempatkan diri sebagai sosiolog jangan perna merasa
diitervensi, tetapi justru sebaliknya bahwa kita semakin banyak punya mitra,
bersama-sama memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan anda, kita
tetap profesional.
Horton dan Hunt (1999), Dwi Narwoko dan Bagong
Suyanto (2004) menyebut beberapa profesi umum yang dimiliki oleh para sosiolog
adalah sebagai berikut, (1) sebagai ahli riset, (2) sebagai konsultan kebijakan
pembangunan, (3) sebagai teknisi, (4)
sebagai pendidik dan (5) sebagai pekerja sosial.
Tidak sedikit para sosiolog yang terkenal dalam bidang riset, baik riset
murni maupun riset terapan dan menghasilkan berbagai temuan yang sangat berguna
bagi kepentingan pembangunan masyarakat. Dari pengalaman mengadakan berbagai
riset lapangan, maka tidak sedikit para sosiolog yang digunakan jasanya sebagai
konsultan dalam berbagai bidang pembangunan. Sesuai namanya ilmu yang
mempelajari tentang selukbeluk kemasyarakatan, maka para sosiolog juga banyak
yang terlibat dalam bidang lembaga sosial masyarakat yang membantu masyarakat
dalam berbagai bidang pembangunan masyarakat. Dan profesi lain yang tak kalah
penting adalah banyak para sosiolog tampil dan terjun sebagai pendidik
diberbagai lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga
pendidikan non fomal lainnya.
Dalam
kenyataannya banyak pekerjaan profesional dalam bidang ilmu sosial dapat dilakukan oleh orang atau
kelompok lain. Hal yang demikian adalah syah-syah saya, sebutlah tidak jarang guru-guru
yang mengajar mata pelajaran sosiologi di sekolah-sekolah (SMU), sesungguhnya
tidak selalu dengan latar disiplin ilmu sosiologi. Memang pada umumnya orang berpendapat bahwa
ilmu sosiologi itu mudah dipelajari, kemudian mudah diajarkan kembali. Pendapat ini tentu tidak seluruhnya salah, akan tetapi perlu
disadari, bahwa sesungguhnya sebaiknya kita mengajarkan apa yang kita miliki,
dan bukan mengajarkan apa yang kita
ketahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar